Kamis, 27 Juni 2013

Suku Asmat (Papua)

Ø Suku Asmat

Seperti telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya adalah Suku Asmat.

            Suku Asmat merupakan suatu suku yang mendiami salah satu wilayah di Papua yang terkenal dalam menciptakan ukiran-ukiran kayu yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai.  Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas.
Tempat tinggal dari suku asmat berdiam di daerah-daerah yang sangat terpencil. Mereka tinggal di pesisir barat daya Irian jaya (Papua). Mulanya, orang Asmat ini tinggal di wilayah administratif Kabupaten Merauke, yang kemudian terbagi atas 4 kecamatan, yaitu Sarwa-Erma, Agats, Ats, dan Pirimapun. Saat ini Asmat telah masuk ke dalam kabupaten baru, yaitu kabupaten Asmat. Selain itu suku asmat berada di antara Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis, maka berjalan kaki merupakan satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
Menurut sumber yang saya baca, kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu, Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand, Papua Nugini.
Seorang dari suku Asmat tengah sedang membuat ukiran kayu

Ø Beberapa adat suku Asmat
Suku Asmat seperti suku lainnya juga memiliki adat istiadat tersendiri, diantaranya adalah:
·         Kehamilan. dalam proses kehamilan ini berlangsung, akan ada generasi penerus dijaga dengan baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu mertua.
·         Kelahiran. Pada saat ada kelahiran, tidak ada hal yang khusus seperti pada umumnya suku lain. Bayi yang baru lahir hanya dibersihkan lali tali pusarnya dipotong dengan bambu yang disebut dengan sembilu. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun atau 3 tahun
·         Pernikahan. Menurut sumber yang saya baca, suku asmat ini berbeda dengan suku lain. Yaitu, ritual yang dilakukan sangat sederhana. Seorang pria suku Asmat yang ingin menikahi seorang wanita harus “membelinya” dengan menawarkan mas kawin berupa piring antik dan uang yang nilainya disamakan dengan perahu Johnson. Perahu ini biasanya digunakan untuk melaut. Jika seorang pria memberikan mas kawin yang kurang dari harga kapal Johnson, maka ia masih boleh menikah, hanya saja harus tetap membayar sisa hutang mas kawin tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun, disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang. Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
·         Kematian. Ritual adat kematian suku Asmat bisa jadi akan membuat orang sangat mengerikan jika yang meninggal adalah kepala suku. Mayat kepala suku akan dimumikan dan dipajang di depan rumah adat. Namun jika masyarakat biasa yang meninggal akan dikuburkan seperti biasa. Upacara kematian diiringi dengan tangisan dan nyanyian dalam bahasa Asmat.
·         Pola Hidup. Pola kehidupan suku asmat sangat berbeda dengan suka lain, mereka merasa dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.
·         Agama. Mayoritas masyarakat Suku Asmat beragama Katolik, Protestan, dan Animisme yaitu suatu ajaran dan praktek keseimbangan alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku Asmat ulat sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap ritual ini diadakan,dapat dipastikan,kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan. Tidak hanya itu mereka mengakui dirinya sebagai anak dewa yang berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari..
Ø  Sistem pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan Suku Asmat memiliki satu kepala suku dan kepala adat yang sangat dihormati. Akan segala tugas kepala suku harus sesuai dengan kesepakatan masyarakat, sehingga hubungan antara kepala suku dengan masyarakat cukup harmonis. Jika kepala suku meninggal dunia, maka kepemimpinan diserahkan pada marga keluarga lain yang dihormati oleh warga. Kepemimpinan juga bisa diserahkan kepada orang yang berhasil mendapatkan kemenangan dalam perang.
Ø Kesenian.
Orang-orang Asmat sangat berbeda dengan lain, mereka pandai membuat hiasan ukiran. Hebatnya, mereka membuat ukiran tanpa membuat sketsa terlebih dahulu. Ukiran-ukiran yang mereka buat memiliki makna, yaitu persembahan dan ucapan terima kasih kepada nenek moyang. Bagi Suku Asmat, mengukir bukan pekerjaan biasa. Mengukir adalah jalan bagi mereka untuk berhubungan dengan para leluhur. Salah satunya Seni ukir/ pahat Ragam kesenian suku Asmat yang banyak dilakukan adalah seni pahat/ukir. Benda-benda kesenian hasil ukiran Asmat yang menarik adalah perisai-perisai, dan tifa
Suku asmat memiliki bidang seni yang berbeda. berdasarkan bentuk dan warna dapat diklasifikasikan ke dalam 4 daerah, yaitu
1.Gaya A, Seni Asmat Hilir dan Hulu Sungai. Patung-patung dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
2.Gaya B, Seni Asmat Barat Laut. Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung,ular, cacing, dan sebagainya.
3.Gaya C, Seni Asmat Timur. Gaya ini merupakan ciri khusus gaya ukir orangAsmat Timur. Perisai yang dibuat umumnya berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah serta titik-titik putih.
4.Gaya D, Seni Asmat Daerah Sungai Brazza. Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan perisai gaya C, hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering digunakan adalah hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral,siku-siku.


Seorang suku asmat sedang mengukir/memahat kesenian ukiran kayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar