Ø Suku Asmat
Seperti
telah kita ketahui bahwa Indonesia terdiri dari berbagai jenis suku dengan
aneka adat istiadat yang berbeda satu sama lain.Suku-suku tersebut ada yang
tinggal di pesisir pantai, perkotaan bahkan dipedalaman. Salah satu diantaranya
adalah Suku Asmat.
Suku Asmat merupakan suatu suku yang mendiami salah satu wilayah di Papua yang terkenal dalam menciptakan ukiran-ukiran kayu yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas.
Suku Asmat merupakan suatu suku yang mendiami salah satu wilayah di Papua yang terkenal dalam menciptakan ukiran-ukiran kayu yang unik. Populasi suku Asmat terbagi dua yaitu mereka yang tinggal di pesisir pantai dan mereka yang tinggal di bagian pedalaman. Kedua populasi ini saling berbeda satu sama lain dalam hal dialek, cara hidup, struktur sosial dan ritual. Populasi pesisir pantai selanjutnya terbagi ke dalam dua bagian yaitu suku Bisman yang berada di antara sungai Sinesty dan sungai Nin serta suku Simai. Sedangkan suku Asmat Hulu bertempat tinggal di daerah berbukit-bukit dengan padang rumput yang luas.
Tempat tinggal dari suku asmat
berdiam di daerah-daerah yang sangat terpencil. Mereka tinggal di pesisir barat
daya Irian jaya (Papua). Mulanya, orang Asmat ini tinggal di wilayah
administratif Kabupaten Merauke, yang kemudian terbagi atas 4 kecamatan, yaitu
Sarwa-Erma, Agats, Ats, dan Pirimapun. Saat ini Asmat telah masuk ke dalam
kabupaten baru, yaitu kabupaten Asmat. Selain itu suku asmat berada di antara
Suku Mappi, Yohukimo dan Jayawijaya di antara berbagai macam suku lainnya yang
ada di Pulau Papua. Sebagaimana suku lainnya yang berada di wilayah ini, Suku
Asmat ada yang tinggal di daerah pesisir pantai dengan jarak tempuh dari 100 km
hingga 300 km, bahkan Suku Asmat yang berada di daerah pedalaman, dikelilingi
oleh hutan heterogen yang berisi tanaman rotan, kayu (gaharu) dan umbi-umbian
dengan waktu tempuh selama 1 hari 2 malam untuk mencapai daerah pemukiman satu
dengan yang lainnya. Sedangkan jarak antara perkampungan dengan kecamatan
sekitar 70 km. Dengan kondisi geografis, maka berjalan kaki merupakan
satu-satunya cara untuk mencapai daerah perkampungan satu dengan lainnya.
Menurut sumber yang saya baca,
kondisi fisik anggota masyarakat Suku Asmat, berperawakan tegap, hidung mancung
dengan warna kulit dan rambut hitam serta kelopak matanya bulat. Disamping itu,
Suku Asmat termasuk ke dalam suku Polonesia, yang juga terdapat di New Zealand,
Papua Nugini.
Seorang dari suku Asmat tengah sedang membuat ukiran kayu
Ø Beberapa adat suku Asmat
Suku
Asmat seperti suku lainnya juga memiliki adat istiadat tersendiri, diantaranya
adalah:
·
Kehamilan.
dalam proses kehamilan ini berlangsung, akan ada generasi penerus dijaga dengan
baik agar dapat lahir dengan selamat dengan bantuan ibu kandung atau ibu
mertua.
·
Kelahiran. Pada
saat ada kelahiran, tidak ada hal yang khusus seperti pada umumnya suku lain.
Bayi yang baru lahir hanya dibersihkan lali tali pusarnya dipotong dengan bambu
yang disebut dengan sembilu. Selanjutnya, diberi ASI sampai berusia 2 tahun
atau 3 tahun
·
Pernikahan. Menurut
sumber yang saya baca, suku asmat ini berbeda dengan suku lain. Yaitu, ritual
yang dilakukan sangat sederhana. Seorang pria suku Asmat yang ingin menikahi
seorang wanita harus “membelinya” dengan menawarkan mas kawin berupa piring
antik dan uang yang nilainya disamakan dengan perahu Johnson. Perahu ini
biasanya digunakan untuk melaut. Jika seorang pria memberikan mas kawin yang
kurang dari harga kapal Johnson, maka ia masih boleh menikah, hanya saja harus
tetap membayar sisa hutang mas kawin tersebut. Dalam memenuhi kebutuhan
biologisnya, baik kaum pria maupun wanita melakukannya di ladang atau kebun,
disaat prianya pulang dari berburu dan wanitanya sedang berkerja di ladang.
Selanjutnya, ada peristiwa yang unik lainnya dimana anak babi disusui oleh
wanita suku ini hingga berumur 5 tahun.
·
Kematian. Ritual
adat kematian suku Asmat bisa jadi akan membuat orang sangat mengerikan jika
yang meninggal adalah kepala suku. Mayat kepala suku akan dimumikan dan
dipajang di depan rumah adat. Namun jika masyarakat biasa yang meninggal akan
dikuburkan seperti biasa. Upacara kematian diiringi dengan tangisan dan
nyanyian dalam bahasa Asmat.
·
Pola Hidup.
Pola kehidupan suku asmat sangat
berbeda dengan suka lain, mereka merasa
dirinya adalah bagian dari alam, oleh karena itulah mereka sangat menghormati
dan menjaga alam sekitarnya, bahkan, pohon disekitar tempat hidup mereka
dianggap menjadi gambaran dirinya. Batang pohon menggambarkan tangan, buah
menggambarkan kepala, dan akar menggambarkan kaki mereka.
·
Agama.
Mayoritas masyarakat Suku Asmat beragama Katolik, Protestan, dan Animisme yaitu suatu ajaran dan praktek keseimbangan
alam dan penyembahan kepada roh orang mati atau patung. Bagi Suku Asmat ulat
sagu merupakan bagian penting dari ritual mereka.Setiap ritual ini
diadakan,dapat dipastikan,kalau banyak sekali ulat yang dipergunakan. Tidak hanya itu mereka mengakui dirinya sebagai anak dewa yang
berasal dari dunia mistik atau gaib yang lokasinya berada di mana mentari tenggelam setiap sore hari..
Ø Sistem
pemerintahan. Dalam sistem pemerintahan Suku Asmat
memiliki satu kepala suku dan kepala adat yang sangat dihormati. Akan segala
tugas kepala suku harus sesuai dengan kesepakatan masyarakat, sehingga hubungan
antara kepala suku dengan masyarakat cukup harmonis. Jika kepala suku meninggal
dunia, maka kepemimpinan diserahkan pada marga keluarga lain yang dihormati
oleh warga. Kepemimpinan juga bisa diserahkan kepada orang yang berhasil
mendapatkan kemenangan dalam perang.
Ø Kesenian.
Orang-orang
Asmat sangat berbeda dengan lain, mereka pandai membuat hiasan ukiran.
Hebatnya, mereka membuat ukiran tanpa membuat sketsa terlebih dahulu.
Ukiran-ukiran yang mereka buat memiliki makna, yaitu persembahan dan ucapan
terima kasih kepada nenek moyang. Bagi Suku Asmat, mengukir bukan pekerjaan
biasa. Mengukir adalah jalan bagi mereka untuk berhubungan dengan para leluhur. Salah satunya Seni ukir/ pahat Ragam kesenian
suku Asmat yang banyak dilakukan adalah seni pahat/ukir. Benda-benda kesenian
hasil ukiran Asmat yang menarik adalah perisai-perisai, dan tifa
Suku
asmat memiliki bidang seni yang berbeda. berdasarkan bentuk dan warna dapat
diklasifikasikan ke dalam 4 daerah, yaitu
1.Gaya A, Seni
Asmat Hilir dan Hulu Sungai.
Patung-patung
dengan gaya ini tersusun dari atas ke bawah menurut tata urut silsilah nenek
moyangnya. Contohnya, mbis yang dibuat jika masyarakat akan mengadakan balas
dendam atas kematian nenek moyang yang gugur dalam perang melawan musuh.
2.Gaya B, Seni
Asmat Barat Laut. Bentuk patung gaya ini lonjong agak melebar bagian bawahnya. Bagian kepala
terpisah dari bagian lainnya dan berbentuk kepala kura-kura atau ikan. Kadang
ada gambar nenek moyang di bagian kepala, sedangkan hiasan bagian badan
berbentuk musang terbang, kotak, kepala burung tadung,ular, cacing, dan
sebagainya.
3.Gaya C, Seni
Asmat Timur. Gaya ini
merupakan ciri khusus gaya ukir orangAsmat Timur. Perisai yang dibuat umumnya
berukuran sangat besar bahkan melebihi tinggi orang Asmat. Bagian atasnya tidak
terpisah jelas dari bagian lain dan sering dihiasi garis-garis hitam dan merah
serta titik-titik putih.
4.Gaya D, Seni
Asmat Daerah Sungai Brazza. Perisai gaya D ini hampir sama besar dan tingginya dengan
perisai gaya C, hanya bagian kepala terpisah dari badannya. Morif yang sering
digunakan adalah hiasannya geometris seperti lingkaran, spiral,siku-siku.
Seorang suku asmat sedang mengukir/memahat
kesenian ukiran kayu
Sumber:1.http://info-info-umum.blogspot.com/2012/02/mengenal-suku-asmatpapua-indonesia.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar